Categories
General

Festival Film Solo 2013 Suguhkan Film-film Fiksi Pendek Terbaik Indonesia

 Setelah melalui proses seleksi yang sangat ketat terhadap 189 film, Festival Film Solo 2013 akhirnya meloloskan 34 film fiksi pendek Indonesia dan akan memutarnya di hadapan publik secara luas mulai tanggal 1-5 Mei, di Teater Besar ISI Surakarta beserta 13 film fiksi pendek lainnya yang masuk dalam Program Khusus.

Tim Kurator yang terdiri dari Adrian Jonathan Pasaribu, Fanny Chotimah, Ayu Mitha Radila dan Ronny P. Tjandra, meloloskan film-film yang memiliki kekuatan tematik dalam merespon isu-isu sosial yang berkembang.

“Tahun ini, film-film yang kami putar memiliki tema yang sangat beragam, dan yang dominan adalah film-film dengan tema sosial yang kuat dan mampu melibatkan emosi penonton,” jelas Ana Maharani, Koordinator Pemutaran Festival Film Solo.

Isu sosial yang diangkat di antaranya tentang disfungsi keluarga, dunia anak-anak, kejahatan jalanan, human trafficking, dan beberapa isu lain yang cukup sensitif namun sangat mungkin untuk diangkat dalam film pendek. Ana menambahkan, “Festival Film Solo mempercayai bahwa kekuatan film pendek salah satunya adalah dalam kecepatan dan kemampuannya untuk merespon, mencandai, mentertawakan kekonyolan-kekonyolan dan ketidakpatutan sosial yang terjadi di sekitar kita.“

Dari 34 film tersebut, para kurator juga telah memilih masing-masing empat film yang menjadi Nominasi Pemenang untuk Kategori Ladrang (Umum-Nasional) dan Kategori Gayaman (Pelajar-Nasional).

Pada Kategori Ladrang, empat film telah dipilih menjadi nominasi, yakni Sinema Purnama (Andra Fembriarto, Pamulang), Liburan Keluarga (Tunggul Banjaransari, Solo), Halaman Belakang (Yusuf Radjamuda, Palu) dan On The Way (Jeihan Angga, Solo). Di Festival Film Solo ini, keempat film tersebut akan tayang perdana (world premiere) dan akan dipilih satu film sebagai film pemenang oleh Dewan Juri yang terdiri dari Seno Gumira Ajidarma, Ifa Isfansyah dan Hikmat Darmawan.

Pada Kategori Gayaman, empat film pelajar masuk sebagai nominasi, yakni Lawuh Boled (Misyatun, Purbalingga), Nitisara (Rana Maulidia Hadi, Batu), Asmaus Kronistus Nularus (Dito Tunjung Parahyta, Tangerang) dan Hanacaraka (Yasin Hidayat, Purbalingga). Dari keempatnya, akan ditentukan satu film pemenang oleh Dewan Juri Gayaman yang terdiri dari Benny Benke, Senoaji Julius dan Astu Prasidya.

Pada penyelenggaraan tahun lalu, Festival Film Solo dihadiri oleh total 4142 orang penonton. Ana mentargetkan penonton pada tahun ini dapat meningkat sehingga film pendek semakin memasyarakat. “Angka 5000 penonton bukan hal yang mustahil bagi kami. Meski kami menggelar festival ini dengan sederhana, namun terbukti banyak penonton yang hadir dari berbagai kota di Indonesia. Masyarakat beranjak mencintai film pendek.”

Jadwal selengkapnya, bisa dilihat pada website resmi Festival Film Solo yang beralamat di www.festivalfilmsolo.com. Selain jadwal, para calon penonton yang hadir dari luar kota juga dapat melihat panduan transportasi menuju venue festival, selain juga panduan kuliner selama berada di Solo nanti.*

 

— Iman Ramadhan

Lahir di Bekasi pada 1991. Saat ini masih kuliah di Universitas Islam Indonesia (UII). Iman mengenal film kelas 6 SD saat ia diajak nonton Jurassic Park III di Teater Buaran oleh sang ayah. Sebelum bergabung dengan KF, Iman aktif di Komunitas Pilem Orang Komunikasi (Kompor.Kom), satu lembaga apresiasi film di jurusan kuliahnya. Ia adalah juga alumnus pelatihan jurnalistik Swara Kampus Kedaulatan Rakyat angkatan pertama. Untuk menghubungi, silakan melalui email:iman@komunitasfilm.org.